Kamis, 28 April 2022

Refleksi Pekan 19 Modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran( Bagian 1)


Memasuki pekan ke 3 Februari, pendidikan guru penggerak diawali dengan aksi nyata modul 3.1. 



Memasuki bulan Februari 2022 disambut dengan modul 3 pendidikan guru penggerak. Modul ini terbagi tiga. Di Modul 3.1., kami dipertemukan dengan cara mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Bahwa ketika guru menemukan masalah dengan murid dan harus mengambil sebuah keputusan. Hendaknya guru melalui serangkaian pertimbangan. Pun ketika guru mengambil keputusan yang menjadi bahan pertimbangan adalah kebermanfaatan untuk murid sendiri. Baik jangka panjang maupun jangka pendek. 



Aksi nyata pada modul 3.1. ini saya bagi dalam 2 kategori. Untuk murid dan Komunitas Praktisi SDN Panongan II. Ada 4 materi yang saya programkan, terbagi dalam 4 sesi. Pekan pertama 21-27 Februari, kelas 6 membuat proyek ecobrick dari botol aqua bekas 600ml dan diisi sampah plastik yang sudah dicuci dan dikeringkan. Tiap anak mengumpulkan 1 botol perpekan. Proyek ini saya ambil sebagai bagian dari pembelajaran berbasis proyek.  Dimana murid belajar menjadi prbadi yang peka terhadap permasalahan lingkungan sekitar. Botol ecobrick ini, rencananya akan dibuat meja dan dipamerkan dalam lokakarya 7 PPGP bulan April 2022. Pun program ini  linear dengan program unggulan Kab. Tangerang dalam mengurangi sampah di sekitar kita (KIPRAH).  



Pekan ini masih pembelajaran jarak jauh dan guru ada yang WFH dan WFO. Oleh karena itu untuk sesi berbagi dengan komunitas praktisi SDN Panongan II tentang pembelajaran berdeferensiasi menggunakan Canva belum terlaksana. Namun aksi nyata tetap saya lakukan sesuai dengan kebutuhan guru saat itu. Berbagi  cara menautkan simpkb dengan akun belajar.id serta pemanfaatan google drive akun belajar.id untuk kolaborasi dengan beberapa guru dan kepala sekolah.  Kepala SDN Panongan II, Ibu Hj.Emi Suhaemi, S.Pd.SD. sangat antusias belajar hal-hal baru. Bahkan Beliau sering menemani saya saat g.meet guru penggerak sampai sore. 



Pekan selanjutnya, saya menjadwalkan berbagi tentang Pendidikan Sosial Emosional dengan komunitas praktisi SDN Panongan II. Diawali dengan praktik STOP dengan semua guru. Saya putarkan musik relaksasi, sambil guru memejamkan mata. Saya sertakan narasi, rasa syukur atas semua kebahagiaan yang Allah SWT berikan sampai saat ini. Bersyukur atas mata bisa melihat, telinga bisa mendengar, tangan, kaki masih bisa digerakkan. Dan bersyukur mempunyai keluarga, suami/ istri  anak dan keluarga besar yang sehat.  Berlanjut diskusi dua arah tentang pentingnya pengendalian emosi bagi guru sebelum masuk kelas. Dan diakhiri dengan membuat puisi akrostik nama SDN Panongan II, tema liburan.




Saya memilih berbagi PSE dengan komunitas Praktisi SDN Panongan II karena saya merasa bahwa semua guru berasal dari sebuah keluarga. Di mana mereka tak luput dari permasalahan, baik masalah internal rumah tangga, keluarga besar, atau masalah dari lingkungan rumah.  Dengan praktik STOP saya berharap setiap guru masuk ke ruang kelas dalam keadaan bahagia. Sehingga energi positif guru menular kepada murid. Jika guru dan murid bahagia bersinergi dalam pelaksanaan pembelajaran, niscaya tujuan pembelajaran berpihak pada murid akan tercapai. Pun ketika seorang guru dihadapkan pada murid yang bermasalah, ia dapat mengambil keputusan yang bijaksana. Karena guru tersebut mempunyai pengendalian emosi yang baik. Bisa menata emosinya sendiri baik melalui praktik STOP maupun penyaluran positif lainya. Sehingga setiap mengambil keputusan, guru dapat berpikir jernih mengenai  dampak positif maupun negatif dari keputusan tersebut


Selain itu, saya pun ingin tuntas berbagi materi yang telah saya pelajari di program pendidikan guru penggerak ini. Besar harapan saya semua guru di SDN Panongan II merasakan kebahagian yang saya rasakan ikut PPGP. Mendapatkan ilmu yang luar biasa bermanfaat, baik buat saya pribadi , murid, maupun kemajuan sekolah dan komunitas. Selanjutnya mereka berbondong-bondong mendaftarkan PPGP angkatan 7 yang sudah dibuka sejak tanggal 15 Maret 2022.


Praktik STOP merupakan bagian  pembelajaran Sosial Emosional yang dapat dipraktikkan di SDN Panongan II. Membiasakan murid menulis diari atau puisi juga bagian dari PSE.  Untuk memudahkan murid membuat puisi, dapat diawali dengan mengajarkan cara membuat puisi Akrostik. Yaitu membuat puisi berdasarkan huruf awal nama diri murid. Hal ini sejalan dengan program Rabu Literasi yang akan saya jalankan di SDN Panongan II. 

 Yang tak kalah menarik saat workshop, salah satu guru bertanya," Bagaimana cara mengajarkan PSE pada murid sekolah dasar ?"

PSE ini layak diajarka dari anak PAUD sampai dewasa. Tentu dengan tetap mempertimbangkan tingkat psikologi murid. 

Untuk murid SD bisa diawali dengan menanyakan perasaan saat masuk kelas. Di kelas 6, ada zona emosi, tempat anak meletakkan perasaan bahagia, sedih, atau marah. Murid mengisi ketika masuk kelas. Sayapun sebelum masuk kelas melihat zona ini dulu. Jika ada murid yang sedih atau marah, kami duduk melingkar di depan kelas. Melakukan sharing perasaan atau sekedar bermain sampai semua murid bahagia dan belajar.

Selain itu PSE bisa dikaitkan dengan program Rabu Literasi di SDN Panongan II. Murid membuat puisi Akrostik Nama diri. Tema disesuikan dengan kesepakatan murid saat itu. Membuat puisi juga bisa menjadi bagian refleksi murid setelah belajar. Misalkan murid membuat puisi ketika mengerjakan proyek ecobricks. Memperingati hari ibu, pun tentang persahabatan dan kasih sayang dalam keluarga.


Pekan kedua di bulan Maret, Saya melakukan praktik coaching dengan salah satu murid yang jarang masuk sekolah. Diawali  dengan menanyakan alasan ketidakhadirian murid. Berlanjut dengan menanyakan cita-cita setelah lulus sekolah dasar. Cara-cara agar bisa lulus. Akhirnya Si murid ( Levina) rajin ke sekolah. Dan beberapa murid lain tentang pelaksanaan sholat lima waktu sebagai praktik pengamalan sila Pancasila pertama. Setiap murid mempunyai daftar evaluasi sholat harian



Praktik coaching adalah salah solusi mengatasi permasalaham murid. Murid diajak refleksi apa saja yang sudah dilakukan,  apa tujuan murid belajar, dan apa yang akan menjadi seperti apa murid di masa yang akan datang, serta bagaimana cara meraih mimpinya tersebut. Meski beberapa murid masih malu mengungkapkan apa yang saya tanyakan. Atau bahkan tidak tahu jawaban atas pertanyaan saya. Namun bagi Saya ini suatu hal yang sangat bagus untuk murid. Murid dibiasakan untuk mempunyai tujuan jelas dalam hidupnya.

Pekan selanjutnya saya mengadakan sharing bersama komunitas praktisi SDN Panongan II. Tema sharing " Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran"

Acara dibuka oleh Pak Joko selaku MC. Dilanjutkan sambutan kepala SDN Panongan II. Beliau juga berpesan agar semua guru di SDN Panongan II mendaftar program guru penggerak. Banyak manfaat jika guru mengikuti PPGP ini. Salah satunya  adalah meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Panongan II. Peningkatan kompetensi guru sebagai syarat seleksi kepala sekolah, pengawas, dan pemanggilan PPG dalam jabatan. Pun saat guru ikut PPPG. 

Sharing saya awali dengan penayangan video studi kasus dilema etika. Selanjutnya tanya jawab tentang video tersebut. Baru saya memberikan presentasi tentang langkah-langkah mengambil sebuah keputusan yang baik. Ada 9 langkah yang harus lalui ketika seorang guru akan mengambil sebuah keputusan.

Pekan ini saya juga melakukan Pendampingan Individu bersama bu Hj.Wakhida Nurhayati, M.Pd. Salah satu sesi yang saya rindukan. PI kali tentang praktik coaching bersama rekan sejawat dihadapan PP. 

Banyak ilmu yang saya dapatkan ketika PI kali ini. Bahwa ketika mengajukan pertanyaan ke coachee, coach tidak boleh ragu- ragu. Jangan bilang," Kira- kira menurut kamu, bagaimana...?"

Sebaiknya kata kira- kira dihilangkan. Karena menimbulkan efek bias dan keragu-raguan. Langsung sebut nama muri. "


Selama menjalankan aksi nyata ini  saya merasakan kebahagiaan yang berlipat-lipat. Selain dukungan dari kepala SDN Panongan II, Ibu Hj. Emi Suhaemi, S.Pd.SD. Dewan Guru pun antusias dalam mengikuti setiap sesi berbagi. Paska praktik STOP, saya menanyakan," Bagaimana perasaan Bapak/Ibu guru setelah prakatik STOP?"

Merekan mengatakan perasaan menjadi lega dan plong.

Pekan ini saya mendapatka  banyak pembelajaran. Ternyata animo guru untuk belajar tinggi. Pun dengan kepala SDN Panongan II. Selalu antusias belajar hal yang baru. Terutama berkaitan dengan pemanfaatan IT untuk pembelajaran. Beberapa guru SDN Panongan II juga mempunyai bakat menjadi penyair.

Terbukti setelah praktik STOP langsung praktik membuat puisi Akrostik nama diri. Dan jadilah puisi berjudul liburan.

Semester genap adalah semester paling padat kegiatan untuk guru kelas 6 seperti saya. Baik menyiapkan POS US, soal US, plus ujian praktik kelas 6. Ditambah amanah lain di lingkugan sebagai ibu RT dan menjadi ketua majelis ta'lim

Namun semua saya jalani dengan menjalani dengan bahagia. Menentukan skala prioritas. Mengerjakan unggahan tugas sesuai jadwal. Mengerjakan dulu yang ada tenggat waktunya. Sehingga refleksi ini pun belum sempat tersentuh. Baru dapat ditulis setelah aksi nyata modul 3.3 selesai. Karena refleksi ini terbagi dalam dua modul. Saya membagi dalam dua unggahan di blog. 

Refleksi pekan ke 19 bagian 2 dapat di akses disini

Tetap semangat, salam sehat dan bahagia.


0 komentar:

Posting Komentar