Kamis, 24 Februari 2022

Aset – aset dalam sebuah komunitas

 

Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .

Sejarah singkat pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development

 


Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).  

Apa itu Pendekatan Berbasis Kekurangan dan Kekuatan dalam Eksosistem Sekolah?

 Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan

Berbasis pada aset

Fokus pada masalah dan isu

Fokus pada aset dan kekuatan

Berkutat pada masalah utama

Membayangkan masa depan

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

(Green & Haines, 2010)




Sekolah Sebagai Ekosistem

 Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana


Senin, 14 Februari 2022

Menjadi Guru Beretika (Refleksi Modul 3.1)





Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Manusia adalah mahluk spesial diantara makhluk ciptaan Tuhan. Karena hanya manusia yang dikaruniai akal dan budi. Dalam memanfaatkan akal dan budi, manusia terikat dengan norma/etika yang disepakati bersama di masyarakat. Dari lahir, anak-anak masih belum bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Orang tuanyalah yang mendidik anak agar bisa menjadi anak beretika. 

Sejalan dengan pendiidkan mereka, anak-anak mulai sekolah dari PAUD, SD ,SMP, SMA dan perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan mengajarakan norma-norma yang berlaku di masyarakat . Tentu saja berasaskan Pancasila sebagai warga negara Indonesia. Dalam memberikan pendididikan karakter/etika/budi pekerti,  tentu saja disesuaikan dengan umur mereka. Akan sangat tidak berhasil jika seorang anak usia dini diajarkan pendidikan etika anak SD atau SMP.  Tingkat perbedaan cara mengajarka pendidikan etika inilah yang disebut seni.

Kamis, 03 Februari 2022

Pengantar Modul 3.1 Kebajikan Universal

 Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Anda mengetahui bahwa salah satu rekan guru Anda memberikan les privat kepada beberapa murid pada suatu pelajaran tertentu. Murid-murid yang mengikuti les privat telah mendapatkan soal-soal yang akan dijadikan bahan tes, dan tentunya hasil tes mereka menjadi sangat baik dibandingkan dengan hasil murid-murid yang lain. Apa yang harus Anda lakukan?

Dari permasalahan tersebut di atas Anda diminta untuk membuat suatu pertimbangan yang menyangkut dua nilai kebajikan yang sama-sama Anda junjung tinggi. Di satu sisi, Anda berhadapan dengan kebenaran, berbuat yang benar berarti melaporkan sesuatu yang melanggar peraturan sekolah, di sisi yang lain, rekan guru tersebut adalah sahabat Anda, di mana nilai kesetiaan Anda sebagai seorang teman? Bila dua nilai kebajikan saling bersinggungan apa yang harus Anda lakukan? Langkah mana yang harus Anda ambil, keputusan apa yang dibuat?

Seperti yang telah kita pelajari di modul 1.4 tentang Budaya Positif,  mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Diane Gossen (1998) berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal