Selasa, 26 April 2022

Refleksi Pekan 17 ( Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran )


 
Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Pekan pertama bulan Februari 2022 mengawali  PPGP Angakatan 3 dengan pretes modul 3. Pemimpin Pempin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Patut berbangga karena progres  nilai pretes yang semakin meningkat. Dari nilai 30 ke nilai 70. Semoga pemahaman teori tentang modul PPGP bukan hanya sebatas pada capaian nilai di LMS. Namun keseluruhan materi dapat saya implementasikan dalam pembelajaran di kelas dan komunitas praktisi di sekolah saya. Aamin

Setelah satu purnama off dari kegiatan pendidikan guru penggerak, mulai masuk modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dimulai dari mengisi survai tentang beberapa keputusan yang pernah saya ambil di sekolah. Bagaimana efeknya bagi murid, sekolah, dan masyarakat sekitar.

Selanjutnya berdiskusi di LMS tentang nilai-nilai kebajikan universal yang sering bertentangan di sekolah. Misal ada murid yang secara akademik rendah. Namun usia sudah lebih dari 13 tahun. Mempunyai orang tua yang berpenghasilan rendah. Otomatis kita akan ada nilai-nilai yang bertentangan ketika guru akan mengambil keputusan. Satu sisi, secara aturan, murid dinyatakan lulus jika mempunyai nilai akademik diatas KKM. Namun secara hati nurani, guru merasa kasihan dengan murid tersebut. Akhirnya demi menjaga mental Si Murid. Akhirnya diluluskan

Di tahap eksplorasi konsep saya juga belajar hal baru tentang Dilema Etika dan bujukan Moral. Dilema etika tentang prinsip benar lawan benar. Sedang bujukan moral adalah prinsip benar lawan salah.



Selanjutnya saya melakukan wawancara dengan rekan sejawat, Pak Joko Promono, S.Pd. Wawancara yang saya lakukan tentang studi kasus Bu Tati. Dimana bu Tati adalah guru yang sangat displin. Namun ketika mengambil keputusan menghukum murid kurang mengindahkan hati nurani  dan kesehatan jasmani dan mental murid. Dengan menghukum di panas terik matahari.

Selanjutnya saya belajar mandiri tentang konsep pengambilan keputusan. Dimana terdapat 9 langkah  pengujian sebelum  mengambil keputusan.

  1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  4. Pengujian benar lawan benar
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
  6. Melakukan Prinsip Resolusi
  7. Investigasi Opsi Trilema
  8. Buat Keputusan
  9. Lihat Lagi Keputusan

Saya juga belajar  dari kasus Bu Tati ,ketika kita mengambil sebuah keputusan meminta murid berhenti melaksanakan hukuman kita akan fokus pada tujuan. Guru adalah pendidik. Mendidik dengan cinta, bukan kekerasan. Memastikan tumbuhkembang anak sesuai dengan potensinya di lingkungan yang postif dan suasana belajar yang menyenangkan bukan sebaliknya.

Pun saat kita meminta bantuan kepala sekolah untuk memberikan pembinaan kepada bu Tati, acuan yang digunakan adalah tindakan bu Tati melanggar kode etik guru dan prinsip nilai kemanusian

Selain itu, sebagai manusia kita tidak mau diperlakukan seperti murid kelas V tersebut. Diminta berlutut saat matahari terik. ( berpikir berbasis rasa peduli)


Di Ruang Kolaborasi kami diminta untuk mencari sebuah studi kasus yang terjadi di sekolah. Saya satu kelompok dengan Bu Asti dan Bu Yani Yulinar. Kasus yang kami ambil tentang murid yang lama tidak masuk sekolah karena membantu emaknya berdagang. Berusia lebih dari 13 tahun. Berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Dengan mempertimbangkan sembilan pengujian keputusan. Akhirnya murid tersebut tetap dinaikkan kelas. Dengan catatan.

Manusia adalah mahluk spesial diantara makhluk ciptaan Tuhan. Karena hanya manusia yang dikaruniai akal dan budi. Dalam memanfaatkan akal dan budi, manusia terikat dengan norma/etika yang disepakati bersama di masyarakat. Dari lahir, anak-anak masih belum bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Orang tuanyalah yang mendidik anak agar bisa menjadi anak beretika. 


Sejalan dengan pendiidkan mereka, anak-anak mulai sekolah dari PAUD, SD ,SMP, SMA dan perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan mengajarakan norma-norma yang berlaku di masyarakat . Tentu saja berasaskan Pancasila sebagai warga negara Indonesia. Dalam memberikan pendididikan karakter/etika/budi pekerti,  tentu saja disesuaikan dengan umur mereka. Akan sangat tidak berhasil jika seorang anak usia dini diajarkan pendidikan etika anak SD atau SMP.  Tingkat perbedaan cara mengajarka pendidikan etika inilah yang disebut seni.


Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya semakin memahami, bahwa ketika kita mengambil keputusan kita harus melihat berbagai pertimbangan dari berbagai sudut. Tidak hanya satu sudut. Saya merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru tentang dilema etika dan bujukan moral. Dimana dilema etika adalah suatu pengambilan keputusan benar lawan benar. Jika kita mengambil keputusan A, juga benar dan B pun juga benar dengan alasan masing-masing yang menyertainya. Saya juga semakin memahami bahwa bujukan moral adalah suatu hal salah lawan benar. Saya mendapatkan pencerahan tentang langka-langkah mengambil keputusan dengan memperhatikan tiga prinsip resolusi.


Saya pernah mengalami dilema etika yang terjadi di sekolah saya. Ada salah satu anak yang tidak pernah mau sekolah. Gara-gara ia pernah satu tahun putus sekolah. Ketika mau masuk lagi ia malu karena berbarengan dengan adiknya. Akhirnya dengan pertimbangan kasihan dan usianya lebih dari 14 tahun, akhirnya anak tersebut diluluskan. 


Setelah mempelajari modul ini, saya merasa mendapat pencerahan lagi.Bahwa aspek kasihan saja tidak cukup ketika mengambil keputusan. Namun harus melewati serangkaian uji kebenaran. Baik dari segi legalitas, uji regulasi, intuisi, panutan/idola dan uji publik. Hal ini membuat saya semakin berhati-hati ketika mengambil keputusan. Selain itu beberapa uji paradigma juga harus saya pertimbangkan. Seperti bagaimana dampak keputusan yang saya ambil bagi individu dan masyarakat, efek jangka panjang dan jangka pendek, serta prinsip kebenaran dan keadilan. 


Saya merasa mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemipin Pembelaaran sangat penting. Materi ini sebagai bekal saya sebagai guru dalam mengambil keputusan di kelas. Sehingga saya tidak serta merta mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Saya akan berusaha mempraktikkan materi dalam modul ini sebagai pengingat ketika mengambil keputusan. Agar saya tidak terjerumus dalam kasus yang tidak etis apalagi sampai mencoreng nama baik guru. 


Nilai-nilai kebajikan yang saya dapatkan  ketika mempelajari modul ini antara lain, saya harus selalu berpikir jernih, tidak emosional. Berperilaku sesuai kode etik guru. Selalu berpikiran terbuka. Menerima kritik dengan lapang dada. Dan berusaha menjadi teladan yang baik buat anak didik saya.

Ketika mempelajari modul ini banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Bahwasanya saya tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Selalu mempertimbangkan segala resiko. Melihat dari sisi murid dan orang tua. Memperhatikan dampak keputusan yang saya ambil agar tidak merugikan siapapun. Baim murid atau diri saya sendiri.

Dengan belajar pengambilan keputusan ini, saya harus lebih bijaksana ketika mengambil keputusan.


0 komentar:

Posting Komentar