Senin, 28 September 2020

Selasa, 22 September 2020

Senin, 21 September 2020

Sabtu, 19 September 2020

Jumat, 18 September 2020

Kamis, 17 September 2020

Guru perlukah "Personal Branding" ?

 

Beberapa hari yang lalu, kehilangan sosok inspiratif Rumah Belajar, Bapak Hendriawan Widiatmoko. Sedih tak terkira. Kepergian beliau menyisakan satu hal, bahwa umur manusia tidak ada yang tahu. Kapan akan berpulang. Pertanyaannya? Setelah kita meninggal, apa yang akan kita tinggalkan? Tentu saja amal ibadah kita. Namun itu urusan kita dengan Sang Pencipta. Akan seperti apakah kita dikenang orang?

Beberapa hari ini mendengar istilah “personal branding” dari tiga narasumber yang berbeda.

Pertama dari Charles Bonar Sirait, dalam acara Kuliah Umum PembaTIK level 4 yang diadakan Pusat Data dan Informasi . Bahwa seorang gurupun harus mempunyai “personal branding” . Dengan tujuan untuk menumbuhkan kepercayaan peserta didik kepada guru. Karena tanpa kepercayaan dari peserta didik kepada guru, mustahil pesan tersampaikan dengan maksimal. “Personal branding seorang guru lebih kepada seberapa seorang guru itu mempunyai pengaruh terhadap peserta didiknya. Bagaimana menumbuhkan pengaruh itu? Salah satunya dengan terus meningkatkan kompetensi guru.

Saat ini guru mendidik generasi milenial, generasi bersahabat karib dengan teknologi dan media sosial. Dimana mereka mempunyai karaktersitik pandai berbicara, ekspresif, merasa penting, bergairah, demonstrative, penuh perasaan, suka merespon, peka, mengasyikan, dan penuh inspirasi. Sehinga seorang guru dituntut untuk memahami mereka. Sudah tidak jaman lagi guru mengajar. Lebih tepat dengan istilah guru berbagi atau sharing.

Yang kedua dari mentor KMA OP-25, Master Eka Wardana. Beliau menyatakan bahwa menulis itu “personal branding” mengukir diri sendiri agar layak dicatat dalam sejarah. Sedang sejarah adalah sesuatu yang tertulis. Jika tidak tertulis itu bukan sejarah. Jadi bagi seorang guru menulis adalah bagian dari kompetensi menaikan citra diri didepan anak didik.

Yang ketiga dari Pak Wicaksono, seorang konten creator di media sosial, pemilik akun @ndorokakung yang folowernya ribuan.

Untuk menjadi konten creator ada 10 tips salah satunya “personal branding”. Sebagai wujud citra diri kita di mata follower. Seperti apa personal branding seorang guru? Setiap guru harus menggali potensi untuk mengoptimalkan personal branding tersebut. Akan seperti apa, kita dikenal oleh murid. Sebagai guru yang lucukah? Suka marah-marah? Humble atau kreatif? Semua tergantung dari kita mewujudkannya.

Rabu, 16 September 2020

Orientasi Kelas Menulis Antologi Pendidikan Angkatan 25 SGSI

 Malam ini, Rabu, 16 September 2020 KMA OP-25 dibuka oleh Bunda Erni dalnjutkan dengan sambutan dari Master Sambadar sebagai CEO SGSI.

Beliau berpesan


Materi oleh Master Eka Wardana

Berbahagialah orang yang sibuk, menandakan dirinya memiliki makna kehidupan. Kata kerja merupakan penyerta dalam sebuah kalimat subyek-predikat-keterangan. Hanya kata subyek, maka tak bisa disebut sebagai kalimat. Bagaimana? Apakah kamu bahagia dengan kesibukan?

Mengapa kesibukan sering dipermasalahkan ketika berhubungan dengan menulis? Apakah menulis merupakan gangguan dalam kesibukan?

Sebenarnya, sejak dulu semua orang sibuk. Dari yang sibuk itu, banyak pula yang masih sempat menulis di antaranya. Bahkan sebagian besarnya para penulis itu kesibukannya tidak berkurang. Para penulis di media utama adalah para pejabat yang kesibukannya tidak sedikit. Contoh, rektor Universitas Indonesia merupakan penulis produktif di harian Kompas. Apakah kita lebih sibuk dari Pak Rektor? Bagaimana menurutmu?

Jika kita mendedikasikan diri untuk menulis maka tidak ada salahnya menyediakan waktu untuk menulis. Mengapa? Karena menulis panggilan jiwa, bukan keharusan atau paksaan, namun sesuatu yang terus-menerus membisiki batin untuk mengetikan jari di atas tuts. Bagaimana pendapatmu?

Pengingat diri ini ya, 

Boleh jeda menulis, namun jangan berpikir untuk benar-benar berhenti menulis. Mengapa? Begitu berhenti menulis, maka memulainya seperti menegakkan benang basah, susah dan butuh tenaga ekstra, kamu pernah merasakan?

ini ya, pembeda!

Jika dirimu sibuk, orang lain sibuk; maka beda antara dirimu dengan orang lain adalah dirimu mampu mengatur waktu dan perhatian untuk menulis sementara orang lain tidak bisa. Iya nggak sih? (2 menit ya)

ini yang bikin aku mikir:

Semua orang mendapat jatah sama : 24 jam, tujuh hari sepekan. Satu bulan, satu tahun dan seterusnya. Bedanya, kita mengisinya dengan menulis dan tidak meninggalkan satu waktu pun berlalu tanpa sejarah menulis. Coba pikirkan berapa waktu yang hilang karena tidak ada sejarah yang tercatat. Dan sejarah itu yang tertulis lho.

kadang merenung seperti ini:

Entah bagaimana caranya, para penulis itu mampu menghasilkan karyanya dengan gemilang. Melalui proses yang tidak ringan namun ternyata mampu menyelesaikan tulisan demi tulisan. Artinya, selama tidak terkalahkan oleh kesibukan maka sesungguhnya karya dapat tercipta. Bukan begitu?

ini juga bikin adem:

Kuncinya ada pada : kesibukan, aksi dan sikap. Banyak kesibukan namun sikap kita terhadap menulis seperti kebelet panggilan jiwa maka berlanjut ke aksi menulis. Begitu siklusnya, secara terus menerus.

aku juga suka ini ya:

Menulis itu personal branding, semacam ukiran diri sendiri. Menurut istilah Henry Miller, “Writing it’s own reward;” menulis merupakan hadiah itu sendiri. Senang dong kalau dapat hadiah?

selalu ku ingat :

Konon kabarnya, orang yang mampu menyelesaikan pekerjaan itu orang yang sibuk lho. Yang biasa menganggur malah bingung bagaimana menyelesaikan pekerjaan, termasuk dalam hal ini menulis. Banyak lho yang berkeluangan waktu tak juga mengahasilkan satu pun tulisan. Jadi menulis itu untuk orang sibuk. Iya nggak sih?

ini pengalamanku ya :

Apa ciri orang yang mampu menyelesaikan tulisan di tengah kesibukan? Salah satu cirinya adalah kamu merasa terhibur dan orang lain terhibur pula dengan tulisan kita. Kamu benar-benar menikmati apa yang kamu lakukan saat menulis. Karena menulis itu mengembangkan karir dan potensi diri. Makin dikenal karena tulisan kita.

Pekan depan mengupas : MENULIS BERDAMAI DENGAN KESIBUKAN.

Rabu, 09 September 2020

Senin, 07 September 2020

Jumat, 04 September 2020