Salam dan Bahagia
Pekan ini
diawali dengan eksplorasi konsep pembelajaran berdiferensiasi. Strategi
pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan dan potensi siswa yang beragam di
kelas. Strategi ini menitik beratkan pada tiga aspek yaitu diferensiasi konten,
diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
Ketika membaca
konsep ini saya merasa bahagia. Seperti diberikan penerangan di jalan gelap.
Karena selama ini saya belum pernah mendapatkan ilmu ini. Selama ini saya
mengajar satu kurikulum untuk semua anak. Hal ini seperti “memerkosa” hak anak untuk mendapatkan apa yang ia
butuhkan.
Sejatinya Pandemi Covid-19 adalah cara Tuhan
untuk membuat saya kreatif. Sebab dengan tidak sengaja saya telah mempraktikkan
pembelajaran berdifererensiasi proses. Tidak semua anak di kelas Saya dapat
mengakses internet full kuota dan menyaksikan video pembelajaran yang saya
kirimkan. Saya berusaha menjembatani siswa yang hanya mampu membeli paket chating whatssapp dengan mengirimkan gambar tangkapan layar video dan
memberikan pesan suara agar anak tetap dapat belajar layaknya siswa yang dapat
mengakses video. Namun demikian saya belum menyiapkan strategi diferensiasi
berdasarkan minat dan potensi anak.
Saya akan
berusaha semaksimal mungkin untuk membuat diagnosis kebutuhan dan minat siswa
sebelum memberikan pembelajarn di kelas. Saya juga akan merubah peniliaan
dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk membuat unggahan karya sesuai
dengan minat siswa (difrensiasi produk).
Hari ketiga
pekan ini, Saya bersama teman-teman di SDN Panongan II mengadakan Rabu
Literasi. Sebagai hari untuk belajar dan berbagi dengan harapan komunitas
praktisi di SDN Panongan II dapat terintis. Materi yang sama-sama kita
diskusikan adalah budaya positif. Pentingnya membuat komitmen bersama di kelas
sebagai suatu keyakinan kelas yang berasa dari nilai-nilai universal yang
diyakini siswa. Sehingga siswa dapat mempraktikkan keyakinan kelas ini tanpa
paksaan.
Namun baru 10
menit berjalan, hujan turun dan kelas tempat kami melaksanakan Rabu Literasi
bocor, sehingga aksi berbagi belum tuntas.
Kami sepakat untuk melanjutkan Rabu pekan berikutnya dengan materi yang
sama tentang budaya positif namun focus berbeda, yaitu tentang budaya refleksi
bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Pekan ini juga saya mengedit video aksi nyata saya modul 1 dan saya unggah di youtube dengan tautan klik
di sini
Ada 13 guru
dan 1 kepala sekolah di SDN Panongan II. Namun hanya 6 guru yang bisa hadir di
Rabu Literasi. Beberapa guru ada tugas ANBK dan diklat serta mengurus
administrasi bantuan PIP ke BRI. Jujur, saya agak kecewa. Namun Saya berusaha
berbesar hati semoga di lain hari bisa diagendakan lagi.
Kamis, 28
Oktober 2021 bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda merupakan jadwal Pendampingan
Individu Saya yang kedua bersama ibu HJ.Wakhida Nurhayati, M.Pd. Pendampingan
kali ini masih seputar praktik budaya positif di sekolah dan merintis komunitas
praktisi di sekolah tempat saya mengajar. Selain refleksi dari tiga teman
sejawat dan wawancara dengan 3 siswa kelas 6 SDN Panongan II.
Pada sesi kali
ini kami banyak diskusi tentang cara membangun motivasi intrinsik siswa. Banyak
pelajaran yang saya ambil dari perbincangan kami. Beliau mengatakan bahwa
tantangan guru saat ini lebih sulit karena siswa adalah generasi stroberi. Anak
yang akrab dengan dunia digital, selalu ingin tampil beda namun lembek secara
mental. Jadi sebagai guru hendaknya selalu memberikan stimulus kepada siswa
untuk selalu berpikir. Ketika ada masalah terjadi katakana kepada siswa,”Coba
pikirkan apa jalan keluarnya!” Guru tidak langsung memberikan bantuan. Biarkan anak berusaha
dulu untuk melatih daya juang siswa menghadapi tantangan. Namun demikian guru
tetap menjadi fasilitator dan tidak masa bodoh dengan kesulitan anak.
Sesi
pendampingan individu adalah salah satu sesi yang saya rindukan. Karena selalu
ada hal dan ilmu baru yang saya dapatkan dari Bu Hj.Wakhida Nurhayati, M.Pd. The
Power of Three or Five juga membuat saya berpikir ulang untuk memperbaiki
keyakinan kelas saya yang hanya 4 jenis. Layaknya baterai yang energinya
menipis. Namun dengan adanya pendampingan ini, semangat saya untuk terus
berubah memperbaiki diri dan merintis komunitas tetap terjaga.
Jadwal di hari
Kamis ini juga diskusi Ruang Kolaborasi dengan Fasilitator Ibu Dwi Yoga Peny H,
M.Pd. Kali ini saya mendapat kelompok A bersama bu Yani Yulinar dan bu Nur
Ratna Laela. Kami sepakat membahas materi kelas 6 SD tentang kalimat tanya.
Beberapa miskonsepsi masih saya alami di sesi ini. Namun setelah mengikuti sesi
ini, Saya semakin memahami konsep diferensiasi konten, proses, dan produk.
Semoga saya dapat mempraktikkan pembelajaran ini di kelas saya.
Pekan ini juga
saya mengagendakan wawancara dengan guru terkait tugas Lokakarya 3 yaitu
membangun visi misi di Sekolah dengan mengaplikasikan teori BAGJA. Saya merasa
bahagia karena semua guru mendukung penuh Program Pendidikan Guru Penggerak
yang sedang saya jalani. Ketika saya meminta bantuan apapun mereka bersedia
membantu. Pun ketika saya ingin mewawancarai beberapa guru, mereka dengan
sukarela menjawab pertanyaan saya. Semoga tagline di SDN Panongan II “ Dengan Bersama
Kita Bisa” dapat terus berjalan demi terwujudnya profil pelajar Pancasila di
SDN Panongan II.
0 komentar:
Posting Komentar