Refleksi Modul Budaya Positif
Modul Budaya Positif mengajarkan setiap anak sejak lahir
telah dianugaerahi keyakinan universal
yang sama meski berbeda agama, latar belakang adat, dan bangsa. Nilai-nilai
yang telah diyakini tersebut ditumbuhkan kembali melalui musyawarah keyakinan
kelas. Dengan harapan siswa melaksanakan keyakinan itu tanpa paksaan atau berasal dari diri siswa sendiri
(motivasi intrinsik). Gurulah sebagai penuntun tumbuh kembang keyakinan tersebut.
Namun sebelum guru menggerakkan orang lain, ia harus mampu
menjadi pribadi positif, mempunyai keyakinan baik yang kuat serta motivasi
internal baik. Sehingga perannya sebagai guru penggerak untuk menggerakkan
siswa, teman sejawat dan komunitas
berjalan maksimal dan profil Pelajar Pancasila dapat tercapai.
Sepanjang saya mempelajari modul ini, saya disadarkan akan banyak hal kesalahan yang saya lakukan. Seperti :
- Displin bukan paksaan. Arti kata displin adalah belajar
- Bahwa memberikan penghargaan atas capaian siswa tak selamanya baik. Justru menyamarkan keyakinan baik siswa. Siswa hanya melakukan kebaikan jika ada imbalan.
- Satu kata yang terucap dari guru (misal: kita mengecap siswa bodoh, atau anak nakal), bisa jadi menjadi sebuah pisau belati yang mengiris harga diri siswa. Membuat siswa menjadi pribadi pendendam atau trauma akan label yang diberikan guru tersebut.
Rencana Aksi Nyata Budaya Positif
Berikut rencana aksi nyata saya terkait Budaya Positif di
SDN Panongan II dan Komunitas gugus 2 Kecamatan Panongan
Untuk membuka Ebook Rencana Aksi Nyata Budaya Positif klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar