Guru ibarat petani kehidupan yang mempunyai bibit unggul (siswa). Agar bibit unggul tersebut tumbuh sesuai dengan kodratnya, seorang guru perlu membuat tanah subur dengan memberi pupuk, menyirami, dan membasmi gulma yang tumbuh. Menciptakan budaya positif layaknya menyuburkan tanah, menyirami dan membasmi gulma tersebut.
Budaya positif diawali dari menumbuhkan disiplin positif dalam
diri guru. Dimana sebagai guru penggerak sebelum menggerakkkan orang
lain, ia harus mampu mengontrol diri sendiri, mampu menguasai diri untuk
memimilih tindakan yang mengacu kepada nilai-nilai yang guru tersebut yakini.
Setelah guru menjadi motivator untuk dirinya sendiri, barulah bergerak
menumbuhkan disiplin positif dimulai dari siswa, warga sekolah tempat guru
menggajar, dan terus bergerak hingga terbentuk komunitas praktisi yang
mempunyai motivasi intrinsik tinggi sehingga Profil Pelajar Pancasila dapat
terwujud.
Setiap
anak mempunyai nilai-nilai yang diyakini. Gurulah yang berusaha menumbuhkan
nilai-nilai tersebut agar menjadi keyakinan diri. Guru memberikan pertanyaan,” akan menjadi orang yang seperti apa bila saya
melakukannya?.”
Untuk menjadi orang yang
mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya. Mereka melakukan sesuatu
karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya
karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini
tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin
positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Nilai-nilai yang mereka yakini dan bersifat universal
(terlepas dari agama, suku, bangsa dan adat istiadat) , dituangkan dalam
keyakinan kelas. Semua murid dipandu oleh guru untuk menuliskan keyakinan yang
mereka yakini. Musyawarah dan mengambil empat atau lima nilai-nilai universal
sebagai keyakinan kelas.
Berikut
Contoh Keyakinan kelas 6 :
1.
Semangat belajar
2.
Suka bertanggung
jawab
3.
Saling menghormati
4.
Saling membantu
Dalam
menumbuhkan displin positif pasti akan ditemui masalah. Baik itu masalah yang
terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar, maupun masalah antar siswa di
luar jam belajar (saat istirahat). Pun masalah siswa dengan orang tua yang
berimbas pada kegiatan belajar siswa. Tak jarang ketika siswa bermasalah ia
akan menarik diri dari kelompoknya karena merasa rendah diri. Namun dengan
adanya restitusi hal tersebut dapat terhindarkan. Justru anak yang bermasalah
dapat belajar dari kesalahan dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Guru membiasakan siswa melakukan evaluasi diri :
Restitusi
- proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004)
- Proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid
berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
- Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan,
disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah.
- Penekanannya bukanlah pada
bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari
ketidaknyamanan.Tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai
nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
- Melalui restitusi, ketika
murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid
untuk membuat evaluasi internal
tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya.
Ciri Restitusi
- Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
- Restitusi memperbaiki hubungan
- Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
- Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
- Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
- Restitusi diri adalah cara yang paling baik (kecenderungan mengomentari orang lain beralih ke mengomentari diri sendiri)
- Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
- Restitusi menguatkan (Guru bisa bertanya, apa yang dapat kamu ubah dari dirimu sendiri? Bagaimana kamu akan berubah?
- Restitusi fokus pada solusi (ibu tidak akan membahas siapa yang salah.
·
Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya (Ketika anak berbuat salah, kita tidak bisa memotivasi
anak untuk menjadi baik, kita hanya bisa menciptakan kondisi agar mereka bisa
melihat ke dalam diri mereka. Kita seharusnya mengajari mereka untuk
menyelesaikan masalah mereka, dan berusaha mengembalikan mereka ke kelompok
mereka dengan karakter yang lebih kuat).
Keren bu lengkap
BalasHapus