Rabu, 20 Oktober 2021

Korelasi antara Budaya Positif, Filosofi Pendidikan KHD, Nilai, Peran dan Visi Guru Penggerak

 



Korelasi antara Budaya Positif dengan Filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

Menurut Ki Hadjar Dewantara setiap anak adalah merdeka, mereka mempunyai kebebasan menentukan pilihan berdasarkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr. William Glasser dalam Control Theory, bahwa guru tidak berhak memaksa siswa, jika siswa memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.

 Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

  Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.

 

Korelasi antara Budaya Positif dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

Salah satu peran guru adalah memimpin pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran berjalan sukses dan potensi siswa berkembang maksimal, guru hendaklah menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid. Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan fisik maupun psikologis. Mengupayakan pembiasaan budaya positif di kelas sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa sesuai kodratnya.  Sehingga siswa terbiasa melakukan suatu dengan keyakinan yang berasal dari diri sendiri (motivasi instrinsik) bukan karena hadiah maupun paksaan orang lain. Hal ini sesuai dengan Peran Guru Penggerak dalam mewujudkan kepemimpinan murid. Dimana murid dapat memimpin dirinya sendiri, mengambil keputusan atas keyakinan baik dalam diri siswa. Setiap siswa salalu berpikir sebelum bertindak,”Apakah hal ini bermanfaat/baik untukku?”

Selain itu, melalui praktik segitiga restitusi, siswa yang melakukan kesalahan maupun korban bersama-sama  mengambil pelajaran melalui dialog-dialog positif. Kebutuhan siswa untuk mendapat kesenangan, cinta dan kasih sayang, penguasaan dan kebebasan terpenuhi tanpa mencederai harga diri siswa atau membuat siswa merasa bersalah dan tersisih dari kelompoknya.

 

Korelasi antara Budaya Positif dengan Visi Guru Penggerak

 

Visi guru penggerak adalah mewujudkan profil pelajar Pancasila pada murid-murid  melalui inisiatif perubahan positif dan apresiatif. Yang dimulai dari perubahan paradigma guru tentang makna displin. Menumbuhkan displin positif siswa melalui musywarah keyakinan kelas. Dan mengatasi masalah pembelajaran melalui praktik segitiga restitusi. Dengan harapan tumbuhnya motivasi intrinsik siswa dalam melakukan setiap tindakan. Bertanggung jawab atas semua pilihan yang diambilnya dalam mencapai kebahagaian dan keselamatan

 

1 komentar: