Jumat, 17 September 2021

Merajut Mimpi

 

Karya Lasmi Ningsih

 sumber : https://voxntt.com/2016/11/05/merajut-mimpi-anak-anak-ntt/2151/


Salam dan Bahagia

Tulisan ini sebagai bahan refleksi diri ketika penulis mengikuti Program Guru Penggerak angakatan 3 Kabupaten Tangerang. Modul 1.3.a.4. Visi Merubah Pribadi Positif.

Selamat membaca, semoga bermanfaat

Menjadi bungsu bersaudara tak membuatku manja. Justru karena lahir dari ketidakrencanaan membuatku spesial. Karena lahir saat kedua orang tuaku sudah tua. Hal ini berimbas pada tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Selain itu keterbatasan pendidikan Bapak dan ibu mempengaruhi pola pikir tentang perempuan. Bagi Beliau tak perlu anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, cukup bisa membaca dan menulis, nanti juga akan menjadi seorang istri.

Entah karena aku melihat ketidaknyamanan ibuku, ketika setiap hari hanya mengandalkan pemberian uang Bapak, atau karena aku terlalu idealis. Hal ini membuatku ingin sekolah setinggi mungkin. Saat lulus sekolah menengah pertama, Bapak melarangku melanjutkan sekolah. Tahu apa yang kulakukan? Menangis seharian hingga tertidur kecapaian. Akhirnya di hari terakhir pendaftaran aku bersama Mbak Is (tetangga) mendaftar sekolah di kota. Jaraknya tidak jauh, namun harus naik angkutan umum dua kali.

Berbekal sebuah kata dari Mas sulungku,”Sekolah yang benar, Mas yang membayar iuran bulanannya. Untuk Uang saku kamu bisa tetap bantu kakak iparmu di rumah makan setiap hari Minggu”

Rutinitas selama 7 tahun, kala gadis seusiaku menghabiskan akhir pekan dengan bermain, aku harus bangun pagi sebelum subuh dan bersiap pergi bekerja sebagai tukang cuci piring di rumah makan milik kakak iparku. Pernah satu hari mengeluh, namun saat membaca buku ada sebuah kutipan menginspirasi hingga kini.

“The Bright of tomorow depends on what you do to day”

(keberhasilanmu di masa yang akan datang, tergantung dari apa yang kamu lakukan saat ini)

Setelah lulus SMA, tak surut keinginan untuk melanjutkan kuliah. Bapak memberi syarat kalau bisa kuliah di Universitas yang ada ikatan dinasnya. Kuliah dapat uang saku, setelah kuliah langsung jadi abdi negara. 

Demi memenuhi syarat dari Bapak, 1 bulan aku ikut bimbingan Primagama. Sekaligus ikut beberapa try out agar bisa masuk STAN. 

Berbekal uang sekedarnya, aku dan temanku mendaftar STAN di Jakarta. Menginap di rumah saudara teman SMAku. Namun belum berjodoh, aku gagal masuk STAN. Padahal hampir 90 % soal yang keluar sudah pernah dibahas di Primagama tempatku bimbingan.

Hati kecilku merasa kecewa, sedih, dan malu. Banyak uang yang sudah dikeluarkan Bapak tapi tetap tidak masuk. Aku putuskan ikut saudara bekerja di Tangerang untuk mengganti uang Bapak yang sudah aku habiskan sekaligus menunggu tahun depan kalau ada kesempatan lagi.

Sembilan tahun bekerja di pabrik sepatu sebagai operator. Makian dan kemarahan atasa  mewarnai hari-hariku jika tidak memenuhi target atau salah menjahit. Pun saat itu aku salah memilih teman dekat. Karena hanya mengejar “Wah dan dunia”. Puji syukur kepada Allah SWT, atas kasih sayang-Nya aku bisa melewati masa itu dan bertemu dengan Mbak-mbak sholihah yang luar biasa.

Berkat Mbak-mbak sholihah itulah aku bekerja sambil kuliah. Dari uang tabunganku selama satu tahun aku dapat membayar uang masuk kuliah. Aku mengambil program DII PGSD di UHAMKA kelas karyawan.

Perjuangan dimulai. Senin -  Jumat bekerja dari jam 07.00-21.00 WIB.  Sabtu bekerja setengah hari lanjut kuliah sampai hari Minggu. Lelah pasti, namun rasa itu terkalahkan oleh kobaran semangat untuk mendapatkan suasana kerja baru. Selepas kerja, langsung istirahat, bangun lagi pukul 03.00 untuk beribadah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Bersyukur waktu itu, teman satu kos juga kuliah, meski beda tempat. Kami patungan membeli komputer dan printer untuk memperlancar tugas-tugas kuliah. Jika uangku habis, padahal belum gajian, teman satu kos yang mensuport makan sampai aku gajian.

Bulan september 2004, Aku lulus DII PGSD. Ijazah belum diterima tapi aku diberikan kemudahan bisa mengajar di SDIT Cordova. Dengan gaji 1/10 gaji di pabrik. Banyak teman menyayangkan, namun belum tentu kesempatan mengajar datang dua kali. Untuk menambah biaya kos dan makan, setelah mengajar aku mengajar les privat di beberapa tempat. Baru istirahat pukul 21.00.

 Hampir dua tahun mengajar, Aku mencoba ikut tes PNS dari jalur umum. Alhamdulillah atas doa kedua orang tuaku, dan usaha maksimal. aku diterima menjadi PNS tahun 2006. Ditempatkan di SDN Total Persada, kota Tangerang.Dan di tahun yang sama Allah SWT mempertemukan dengan jodoh terbaik yang Allah pilihkan.

Tahun 2015 Aku mutasi ke SDN Panongan II, Kab. Tangerang. Selama hampir satu pekan aku tidak nafsu makan di sekolah. Karena kondisi sekolah yang jauh dari layak dan kelas bau. Bangunan dari tahun 1975  berlubang di sana sini, atap miring, meja dan kursi banyak yang goyang. Awal mengajar diberi amanah kelas 5 yang belajar sore hari. Kalau di sekolah lama shift kedua pulang pukul 17.15. Tetapi di sini pukul 15.00 beberapa kelas sudah berhamburan pulang, padahal masuk pukul 13.00. Itupun kalau gurunya tepat waktu. Pernah satu hari Aku mengajar 4 rombel sekaligus. Karena guru yang lain tidak hadir.

Beberapa kali ditegur penjaga, karena kelasku pulang pukul 17.00 dan karena hampir setiap hari sebelum belajar, aku meminta anak menyapu dan mengepel lantai. Akhirnya Aku putuskan setelah dipel anak melepas sepatu, agar tidak setiap hari mengepel. Tapi karena kelas dipakai bersama. Kelas pagi tidak konsiten menjaga kebersihan.

Sedikit demi sedikit perubahan  aku mulai. Berawal dari kelasku. Di tahun kedua Aku mengajar di SDN Panongan II, aku diberi amanah menjadi seksi kurikulum. Dari membuat program 1 tahun pelajaran sebelum tahun ajaran baru sampai pembelajaran berbasis Informsi teknologi menjadi agenda tahunan. Pengecatan ruang kelas dengan warna warni dan mural di depan kelas sebagai media belajar siswa dibuat. Di tambah Gerakan Sekolah Menyenangkan membuat sekolah lebih nyaman sebagai rumah kedua untuk peserta didik. Meski di tahun 2019 saat Pandemi Covid-19, tiga unit ruang kelas roboh dimakan usia. Program peningkatan kualitas pendidikan di SDN Panongan II tetap berjalan.


Tak perlu menunggu orang lain untuk berubah. 

Tetap bergerak, mantapkan langkah  kaki 

kuatkan doa

maksimalkan usaha

sekarang juga


salam dan bahagia


Tangerang, 17 September 2021 ,01.40

0 komentar:

Posting Komentar