Senin, 27 Desember 2021

Peran Guru sebagai Coach di Sekolah (Koneksi Antar Materi Modul 2.3.Coaching)

 

Guru di sekolah adalah penuntun tumbuh kembang murid agar berkembang optimal sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Namun dalam perjalanannya seringkali murid menemukan hambatan. Baik dari internal maupun eksternal. Permasalahan murid dengan latar belakang keluarga berbeda sangatlah komplek.  Sebagai penuntun guru hendaknya mendampingi murid ketika murid membutuhkan bantuan. Perlu kepekaan  dan perhatian lebih bagi guru pamong untuk mengenali perubahan murid di sekolah.

Sebagai seorang coach, guru  dengan penuh cinta dan ikhlas dapat membantu murid ketika murid menghadapi masalah. Dengan tetap menjaga kerahasiaan masalah murid, menghargai murid sebagai manusia setara dengan guru dan saling percaya.  Sehingga murid memiliki keterbukaan untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi, Dan guru ibarat suluh di jalan gelap yang sedang dilalui murid. Murid dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi berdasarkan kekuatan yang dimiliki murid.

Guru dapat menumbuhkan potensi terpendam murid melalui proses coaching ini. Ketika murid mengalami dilema dalam memutuskan masalah yang dihadapi. Dengan coaching murid dapat mengambil keputusan berdasarkan kekuatan yang dimiliki murid itu sendiri.  

Ada kalanya seorang murid mengalami emosi negatif di rumah. Hal tersebut akan berdampak pada aktivitas pembelajaran di sekolah. Semangat belajar menurun, hasil belajar terjun bebas, sedang orang tua tutup mata dan tidak peka dengan perubahan tersebut. Yang lebih parah lagi, murid dapat mencari jalan keluar yang menyimpang, misal pergualan bebas, narkoba dan lain-lain. Hal tersebut dapat dihindari jika guru peka terhadap perubahan sikap murid. Dengan proses coaching seorang guru dapat membantu masalah murid, sehingga murid mendapatkan jalan keluar dan percaya diri menatap masa depan.

Seorang murid ibarat berlian yang punya potensi terpendam. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, murid dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pun jika murid masih bingung dengan potensi yang dimilikinya, seorang guru dapat melakukan proses coaching dari hati ke hati sehingga murid tahu potensinya dalam bidang apa. Namun proses coaching takkan berhasil tanpa adanya kepercayaan dan keterbukaan dari kedua belah pihak (guru dan murid). Keterbukaan dan kepercayaan tidak serta merta datang “bim salabim dalam sekejap” . Kepercayaan murid kepada guru berawal dari cara pandang guru kepada setiap  murid. Guru memandang setiap murid cerdas. Bersikap terbuka dan memiliki kedekatan emosional dengan murid.

Kedekatan emosional antara guru dan murid dapat dimulai dari sebuah pertanyaan yang seringkali dilontarkan guru ketika bertemu murid.

“Apa kabar?”

“Bagaimana perasaanmu hari ini?”

Mungkin pada awalnya itu hanya sebuah pertanyaan formalitas. Namun jika hal tersebut disampaikan kepada murid setiap hari, murid merasa mendapat perhatian lebih dari guru. Merasa nyaman dengan guru dan memiliki keterbukaan jika ada masalah dapat bercerita dengan guru. Dan guru membantu murid dengan proses coaching

            Selain itu dengan coaching seorang guru dapat membantu permasalahan guru lain. Sehingga guru tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi berdasarkan kekuatan guru itu sendiri. Baik itu permasalahan menyangkut anak murid maupun masalah internal rumah tangga. Pun masalah antar guru di sekolah. Tanpa merasa dihakimi dan disudutkan. Jika semua guru di komunitas sekolah dapat mempraktikkan coaching baik kepada sesama guru maupun kepada murid, niscaya akan tercipta lingkungan sekolah yang harmonis.

            Seperti kita ketahui bersama bahwa visi sekolah yang berpihak pada murid hanya dapat terwujud jika semua civitas akademik di sekolah tersebut saling menghargai dan bekerja sama. Saling berpikir positif. Tidak berkompetisi namun berkolaborasi demi kemajuan bersama. Tidak guru ada yang paling baik, yang ada adalah semua guru tumbuh menjadi lebih baik untuk melayani murid sesuai dengan potensinya. Sehingga terwujud Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,  dan kreatif. 

0 komentar:

Posting Komentar