Kamis, 31 Maret 2022

ELEMEN-ELEMEN MOTIVASI YANG MEMPROMOSIKAN BELAJAR ( 1)

Oleh Master Eka Wardana.

Tulisan ini merupakan materi KMA OP-37 SGSI

Topik 1 : 16 Maret 202w

MENGAPA SEKADAR MEMUJI MENYEBABKAN CANDU?

1. Bertahun-tahun lamanya, guru menggunakan pujian verbal maupun non verbal sebagai instrumen utama dalam memberi motivasi kepada murid. Semakin lama menggunakan strategi tersebut kian dalam kebutuhan murid akan pujian. Sedikit saja atau berkurang porsinya maka menurun pula keberhasilan murid. Dalam jangka panjang malah menjadi semacam ketagihan, tanpanya seperti tidak ada arti semua yang sudah diusahakan oleh murid.

2. Dalam jangka pendek, pujian terlihat menampakkan pengaruhnya. Murid terlihat senang, merasa puas dan akan mengulang kesuksesan dari apa yang telah dilakukan. Pada fase tertentu murid akan merasakan kejenuhan dengan pola selalu mendapatkan pujian, bahkan pada akhirnya terasa semacam klise, berlebihan atau tidak mendapatkan kepuasan namun: hal yang biasa saja.

3. Kesan yang ditimbulkan dalam diri murid adalah apa yang dikerjakan oleh murid telah menyenangkan hati guru. Karena telah melakukan tugas sesuai dengan arahan dan kriteria yang guru tetapkan. Contohnya “Kerja yang bagus!”, “Saya suka melihat kerjamu yang rapi.”, “Anak pintar.”, dan ungkapan sejenis yang tujuannya adalah memberikan pengakuan terhadap pekerjaan murid.

Eka Wardana:

4. Komentar atau pujian yang sifatnya personal itu mirip umpan balik yang sifatnya umum dan tidak spesifik. Katakanlah “Kerjanya bagus!”, lalu timbul pertanyaan kritis: bagusnya yang bagian mana? Kriteria apa yang dibuat untuk menentukan suatu pekerjaan disebut “bagus” atau “tidak bagus”. Untuk sementara, guru dan murid boleh jadi tidak terlalu mempersolkan hal ini. Namun dalam batas tertentu, pertanyaan di atas menjadi relevan semacam menggugat.


5. Demikian pula dengan pujian yang tidak terlalu spesifik, tolok ukurnya ada pada guru bukan pada murid. Timbul dalam benak murid bagaimana agar memenuhi kata “bagus” dari guru ya? Dan pada akhirnya, murid akan meraba-raba kriteria tersebut agar dapat mencapainya. Jika sudah demikian maka, murid tidak lagi memikirkan bagaimana ketercapaian pemahaman dirinya terhadap materi pelajaran; justru obsesi mendapatkan kata “bagus” itulah yang terus diusahakan.


lagi ya, 


6. Memberi pujian kepada murid tentu saja memberi sensasi tersendiri. Perasaan dihargai, menyenangkan, menambah kepercayaan diri, dan terbitnya keyakinan mampu untuk berhasil. Jika ini yang terus dipupuk, dalam jangka panjang inilah yang kemudian menjadi ketagihan. Sesuatu yang perlu didapatkan secara terus menerus. Semacam ketergantungan apabila tidak mendapatkannya terasa ada yang janggal, kurang, hambar, tidak mantap.


7. Pun dalam jangka pendek, mampu membuat murid bekerja lebih keras untuk mendapatkan capaian tertentu. Perhatikan, murid yang mendapatkan pujian akan dengan ringan mengerjakan tugas selanjutnya atau pekerjaan serupa. Maknanya, efeknya segera terlihat. Sehingga secara instan, guru beranggapan bahwa pemberian motivasinya berhasil. Tentu saja benar adanya, dalam jangka pendek.


8. Murid yang senantiasa mendapatkan pujian mengurangi kemampuan mengendalikan diri untuk berhasil dari dalam diri sendiri. Bandingkan dengan murid yang memiliki kesadaran bahwa berhasil dan tidaknya capaian lebih karena usahanya, bukan karena pujian. Dalam artian, murid yang memiliki kendali diri akan puas karena mampu menyelesaikan tantangan dan mendapatkan capaian yang diinginkannya. Rasa senang dan nyaman ada pada penghargaan atas bertambahnya kompetensi. Pujian sekadar pemanis saja, bukan faktor utama keberhasilan.


9. Karena kemampuan itu sifatnya bertumbuh, maka tahapan mendapatkannya, mencapaiannya, prosesnya adalah sebuah keberhasilan itu sendiri. Murid yang kenyang dengan pujian, membuat dirinya merasa bahwa kemampuan itu sifatnya menetap. Menurunkan tingkat daya tahan dalam menanggung kegagalan dan bangkit darinya. Kegagalan dan mencoba akan dihindari oleh murid yang bergelimang pujian, takut akan salah dan jatuh. Padahal, dalam belajar: kebingungan, ketidaktahuan, ketidakbisaan merupakan kondisi yang perlu dilalui.


10. Satu hal yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam memberi pujian. Seyogyanya, dan sepatutnya guru memberikan pujian dalam kondisi apa pun, tanpa syarat apa pun. Bahwa guru menyayangi muridnya dalam kondisi sukses dan gagal. Apabila pujian hanya diberikan saat berhasil, maka murid akan menilai bahwa kasih sayang guru terbit pada saat bisa mencapai sesuatu. Bilamana tidak berhasil maka, pujian disimpan guru untuk dikeluarkan kemudian.

0 komentar:

Posting Komentar