Kamis, 31 Maret 2022

ELEMEN-ELEMEN MOTIVASI YANG MEMPROMOSIKAN BELAJAR

 Oleh Master Eka Wardana:

Materi KMA OP 37 SGSI

Topik 3 :

EMPAT ELEMEN MOTIVASI


1. Pada pembahasan materi sebelumnya sempat disinggung empat eleman motivasi yang mempromosikan pembelajaran. Keempat elemen motivasi itu dalam praktiknya berkelindan tidak berlangsung secara terpisah. Elemen yang satu kadang merupakan kelanjutan dari elemen yang lain. Boleh jadi, dalam kesempatan lain saling beririsan. Bagaimana penjelasannya?

2. Guru atau orang dewasa yang sudah bertahun-tahun melangsungkan cara motivasi yang cenderung instan tidak menyadari pengaruhnya dalam waktu yang lama. Katakanlah, pemberian pujian, hadiah, memberikan kesempatan unjuk kebisaan kepada orang lain, kompetisi yang bertujuan menang-kalah memberi kontribusi pada motivasi yang tidak permanen atau temporal.

3. Elemen motivasi yang membuat murid atau siapapun mendapatkan perlakuan yang tepat adalah self efficacy. Keyakinan individu untuk memperoleh keberhasilan pada kondisi tertentu. Katakanlah seorang murid yang menyelesaikan sebuah tugas. Maka mendapatkan semacam ucapan atau pujian “wah, hebat” terasa angin segar. Ketika berlalu pujian itu, maka bekasnya akan mudah hilang. Berbeda dengan “bagaimana pendapatmu dengan hasil kiriman tugasnya tadi?”, mengungkit ingatan bagaimana “prakondisi” keberhasilan yang diputar ulang. Murid akan mengingat kembali bagaimana upayanya hingga sampai pada tahapan berhasil. Yang pada gilirannya, situasi ini bisa diulang pada kesempatan berikutnya. Inilah yang dimaksud dengan motivasi yang mempromosikan pembelajaran.

4. Pada contoh di atas, yakni proses mengingat kembali tangga menuju keberhasilan, individu-murid diajak memikirkan kembali, melakukan penyadaran tentang tujuan belajarnya, apa yang ingin di dapatkan setelah melakukan sebuah tahapan belajar. Proses, semacam percakapan dalam diri sendiri yang mengajak berdialog, menemukan sebab-sebab keberhasilan dan menelusuri untuk mengulangi pada kesempatan yang lain. Itulah yang disebut dalam banyak literatur sebagai self-regulation. Dalam definisi sebagai seberapa besar seseorang berpartisipasi mengandalkan metakoginisi, didorong oleh motivasi dan aktif dalam proses pembelajarannya.

5. Makna dari metakognisi adalah memikirkan apa yang telah dilakukan, dibicarakan dan dipikirkan. Tujuan melakukan metakognisi adalah menciptakan arus bawah sadar menjadi sebuah kesadaran. Artinya, sesuatu yang awalnya dianggap sesuatu yang terjadi begitu saja, kemudian dijadikan sebuah perilaku yang dilakukan dengan sengaja. Gampangnya begini, ketika kita mengucapkan sebuah kata yang sebenarnya kita tidak kehendaki, lalu ada yang mencubit dan menjadi terbangun bahwa yang diucapkan tidak sesuai yang dimaksud. Nah, proses dicubit kemudian terjaga itulah yang dimaksud dengan meta kognisi. Namun dalam hal ini yang “mencubit” adalah diri sendiri.

6. Sementara arti dari didorong oleh motivasi yakni, perasaan atau keinginan yang tumbuh untuk mencapai harapan. Sedangkan aktif dalam pembelajarannya berupa “pembicaraan” dalam diri sendiri yang bertujuan untuk menemunkan jalan lain mencapai keberhasilan. Self regulation seperti berbicara “oh, iya, aku itu berhasil karena__, ini lho tahapannya, lalu apa yang dicapai, seperti apa pencapaiannya (kriterianya apa), bagaimana cara meningkatkannya.”

7. Eleman motivasi lain yang tidak kalah penting adalah seorang/murid pembelajar melakukan observasi, analisis, dan menilai kinerja/unjuk pemahamannya sendiri berdasarkan kriteria, dan bagaimana meningkatkannya. Katakanlah, “Nah, tadi sudah menyelesaikan perhitungan perkalian kan ya. Ada cara lain yang lebih baik dalam menghitung dengan hasil yang sama?”; atau “Yap, sudah membuat lima contoh ya, apakah mau menambah contoh lagi?” Hal ini berguna bagi murid/individu dalam melihat posisinya dalam berlajar.


8. Setiap individu/murid tidak selalu menemui keberhasilan dalam belajar. Adakalanya mengalami kegagalan. Bagaimana memberikan motivasi yang tepat dalam situasi seperti ini? Apakah pujian atau kata-kata positif cocok untuk kondisi seperti ini. Agaknya kita perlu mencari cara yang berbeda agar murid dapat lebih mudah bangkit dalam suasana yang kurang menguntungkan. Diperlukan jeda untuk memikirkan kembali bahwa keberhasilan dan kegagalan sedikit banyak terkait dengan besaran usaha yang telah diinvestasikan untuk kegiatan tersebut (self attribution). Sehingga dengan demikian murid memiliki takaran apa bila bertemu dengan tantangan serupa. Bicarakanlah, “Sekarang sudah tahu kan apa yang perlu dipersiapkan agar hasilnya lebih baik?”; “Menurutmu, mana bagian yang paling menyenangkan dalam kegiatan hari ini?”.

9. Empat elemen tersebut bukan sebuah teori yang dapat dihapalkan kemudian dirapalkan di depan kelas. Dalam praktikknya merupakan kompetensi yang secara bertahap dilatihkan. Guru hendaknya selalu menghidupkan metakognisi agar empat elemen motivasi ini menjadi sebuah kesadaran perilaku. Agar tidak lagi menjadi guru yang bertabur pujian dan hadiah agar murid menjadi senang belajar.


: ini ya : besaran usaha yang telah diinvestasikan.


"memikirkan kembali bahwa keberhasilan dan kegagalan sedikit banyak terkait dengan besaran usaha yang telah diinvestasikan untuk kegiatan tersebut (self attribution). Sehingga dengan demikian murid memiliki takaran apa bila bertemu dengan tantangan serupa".



0 komentar:

Posting Komentar