Kamis, 17 September 2020

Guru perlukah "Personal Branding" ?

 

Beberapa hari yang lalu, kehilangan sosok inspiratif Rumah Belajar, Bapak Hendriawan Widiatmoko. Sedih tak terkira. Kepergian beliau menyisakan satu hal, bahwa umur manusia tidak ada yang tahu. Kapan akan berpulang. Pertanyaannya? Setelah kita meninggal, apa yang akan kita tinggalkan? Tentu saja amal ibadah kita. Namun itu urusan kita dengan Sang Pencipta. Akan seperti apakah kita dikenang orang?

Beberapa hari ini mendengar istilah “personal branding” dari tiga narasumber yang berbeda.

Pertama dari Charles Bonar Sirait, dalam acara Kuliah Umum PembaTIK level 4 yang diadakan Pusat Data dan Informasi . Bahwa seorang gurupun harus mempunyai “personal branding” . Dengan tujuan untuk menumbuhkan kepercayaan peserta didik kepada guru. Karena tanpa kepercayaan dari peserta didik kepada guru, mustahil pesan tersampaikan dengan maksimal. “Personal branding seorang guru lebih kepada seberapa seorang guru itu mempunyai pengaruh terhadap peserta didiknya. Bagaimana menumbuhkan pengaruh itu? Salah satunya dengan terus meningkatkan kompetensi guru.

Saat ini guru mendidik generasi milenial, generasi bersahabat karib dengan teknologi dan media sosial. Dimana mereka mempunyai karaktersitik pandai berbicara, ekspresif, merasa penting, bergairah, demonstrative, penuh perasaan, suka merespon, peka, mengasyikan, dan penuh inspirasi. Sehinga seorang guru dituntut untuk memahami mereka. Sudah tidak jaman lagi guru mengajar. Lebih tepat dengan istilah guru berbagi atau sharing.

Yang kedua dari mentor KMA OP-25, Master Eka Wardana. Beliau menyatakan bahwa menulis itu “personal branding” mengukir diri sendiri agar layak dicatat dalam sejarah. Sedang sejarah adalah sesuatu yang tertulis. Jika tidak tertulis itu bukan sejarah. Jadi bagi seorang guru menulis adalah bagian dari kompetensi menaikan citra diri didepan anak didik.

Yang ketiga dari Pak Wicaksono, seorang konten creator di media sosial, pemilik akun @ndorokakung yang folowernya ribuan.

Untuk menjadi konten creator ada 10 tips salah satunya “personal branding”. Sebagai wujud citra diri kita di mata follower. Seperti apa personal branding seorang guru? Setiap guru harus menggali potensi untuk mengoptimalkan personal branding tersebut. Akan seperti apa, kita dikenal oleh murid. Sebagai guru yang lucukah? Suka marah-marah? Humble atau kreatif? Semua tergantung dari kita mewujudkannya.

0 komentar:

Posting Komentar