Beberapa hari yang lalu,
kehilangan sosok inspiratif Rumah Belajar, Bapak Hendriawan Widiatmoko. Sedih tak
terkira. Kepergian beliau menyisakan satu hal, bahwa umur manusia tidak ada
yang tahu. Kapan akan berpulang. Pertanyaannya? Setelah kita meninggal, apa
yang akan kita tinggalkan? Tentu saja amal ibadah kita. Namun itu urusan kita dengan
Sang Pencipta. Akan seperti apakah kita dikenang orang?
Beberapa hari ini mendengar
istilah “personal branding” dari tiga narasumber yang berbeda.
Pertama dari Charles
Bonar Sirait, dalam acara Kuliah Umum PembaTIK level 4 yang diadakan Pusat Data
dan Informasi . Bahwa seorang gurupun harus mempunyai “personal branding” .
Dengan tujuan untuk menumbuhkan kepercayaan peserta didik kepada guru. Karena
tanpa kepercayaan dari peserta didik kepada guru, mustahil pesan tersampaikan dengan
maksimal. “Personal branding seorang guru lebih kepada seberapa seorang guru
itu mempunyai pengaruh terhadap peserta didiknya. Bagaimana menumbuhkan
pengaruh itu? Salah satunya dengan terus meningkatkan kompetensi guru.
Saat ini guru mendidik
generasi milenial, generasi bersahabat karib dengan teknologi dan media sosial.
Dimana mereka mempunyai karaktersitik pandai berbicara, ekspresif, merasa penting,
bergairah, demonstrative, penuh perasaan, suka merespon, peka, mengasyikan, dan
penuh inspirasi. Sehinga seorang guru dituntut untuk memahami mereka. Sudah tidak
jaman lagi guru mengajar. Lebih tepat dengan istilah guru berbagi atau sharing.
Yang kedua dari mentor
KMA OP-25, Master Eka Wardana. Beliau menyatakan bahwa menulis itu “personal
branding” mengukir diri sendiri agar layak dicatat dalam sejarah. Sedang
sejarah adalah sesuatu yang tertulis. Jika tidak tertulis itu bukan sejarah.
Jadi bagi seorang guru menulis adalah bagian dari kompetensi menaikan citra
diri didepan anak didik.
Yang ketiga dari Pak
Wicaksono, seorang konten creator di media sosial, pemilik akun @ndorokakung
yang folowernya ribuan.
Untuk menjadi konten creator
ada 10 tips salah satunya “personal branding”. Sebagai wujud citra diri kita di
mata follower. Seperti apa personal branding seorang guru? Setiap guru harus
menggali potensi untuk mengoptimalkan personal branding tersebut. Akan seperti
apa, kita dikenal oleh murid. Sebagai guru yang lucukah? Suka marah-marah? Humble
atau kreatif? Semua tergantung dari kita mewujudkannya.
0 komentar:
Posting Komentar