Senin, 14 Februari 2022

Menjadi Guru Beretika (Refleksi Modul 3.1)





Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Manusia adalah mahluk spesial diantara makhluk ciptaan Tuhan. Karena hanya manusia yang dikaruniai akal dan budi. Dalam memanfaatkan akal dan budi, manusia terikat dengan norma/etika yang disepakati bersama di masyarakat. Dari lahir, anak-anak masih belum bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Orang tuanyalah yang mendidik anak agar bisa menjadi anak beretika. 

Sejalan dengan pendiidkan mereka, anak-anak mulai sekolah dari PAUD, SD ,SMP, SMA dan perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan mengajarakan norma-norma yang berlaku di masyarakat . Tentu saja berasaskan Pancasila sebagai warga negara Indonesia. Dalam memberikan pendididikan karakter/etika/budi pekerti,  tentu saja disesuaikan dengan umur mereka. Akan sangat tidak berhasil jika seorang anak usia dini diajarkan pendidikan etika anak SD atau SMP.  Tingkat perbedaan cara mengajarka pendidikan etika inilah yang disebut seni.

Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya semakin memahami, bahwa ketika kita mengambil keputusan kita harus melihat berbagai pertimbangan dari berbagai sudut. Tidak hanya satu sudut. Saya merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru tentang dilema etika dan bujukan moral. Dimana dilema etika adalah suatu pengambilan keputusan benar lawan benar. Jika kita mengambil keputusan A, juga benar dan B pun juga benar dengan alasan masing-masing yang menyertainya. Saya juga semakin memahami bahwa bujukan moral adalah suatu hal salah lawan benar. Saya mendapatkan pencerahan tentang langka-langkah mengambil keputusan dengan memperhatikan tiga prinsip resolusi.

Saya pernah mengalami dilema etika yang terjadi di sekolah saya. Ada salah satu anak yang tidak pernah mau sekolah. Gara-gara ia pernah satu tahun putus sekolah. Ketika mau masuk lagi ia malu karena berbarengan dengan adiknya. Akhirnya dengan pertimbangan kasihan dan usianya lebih dari 14 tahun, akhirnya anak tersebut diluluskan. 

Setelah mempelajari modul ini, saya merasa mendapat pencerahan lagi.Bahwa aspek kasihan saja tidak cukup ketika mengambil keputusan. Namun harus melewati serangkaian uji kebenaran. Baik dari segi legalitas, uji regulasi, intuisi, panutan/idola dan uji publik. Hal ini membuat saya semakin berhati-hati ketika mengambil keputusan. Selain itu beberapa uji paradigma juga harus saya pertimbangkan. Seperti bagaimana dampak keputusan yang saya ambil bagi individu dan masyarakat, efek jangka panjang dan jangka pendek, serta prinsip kebenaran dan keadilan. 

Saya merasa mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemipin Pembelaaran sangat penting. Materi ini sebagai bekal saya sebagai guru dalam mengambil keputusan di kelas. Sehingga saya tidak serta merta mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Saya akan berusaha mempraktikkan materi dalam modul ini sebagai pengingat ketika mengambil keputusan. Agar saya tidak terjerumus dalam kasus yang tidak etis apalagi sampai mencoreng nama baik guru. 

Nilai-nilai kebajikan yang saya dapatkan  ketika mempelajari modul ini antara lain, saya harus selalu berpikir jernih, tidak emosional. Berperilaku sesuai kode etik guru. Selalu berpikiran terbuka. Menerima kritik dengan lapang dada. Dan berusaha menjadi teladan yang baik buat anak didik saya.


0 komentar:

Posting Komentar