Sejalan dengan hal di atas, bagaimana orang tua menyikapinya? Pembelajaran daring sudah berlangsung hampir 3 bulan, sudah masanya orang tua menerima metode pembelajaran tersebut dengan lapang dada. Tidak ada gunanya lagi marah ataupun menyalahkan pihak lain.
Sejatinya pembelajaran daring ini mengembalikan peran orang tua dan rumah sebagai madrasah pertama bagi anak. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa orang tua sebagai teladan pertama dalam proses pendidikan anak. Baik itu ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah laku anak bermula dari cara orang tua mendidik dari rumah. Atau kita kenal dengan ing ngarsa sung tuladha.
Oleh karena itu, agar pembelajaran jarak jauh ini sukses, tidak memberikan efek stress bagi anak ataupun orang tua, perlu adanya komunikasi antar anggota keluarga. Baik ayah, ibu dan anak-anak mempunyai kekompakan, visi dan misi yang sama dalam menyikapi pembelajaran ini. Komunikasikan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga secara terperinci.
Jika ayah bekerja, ibu yang menjadi pendamping dalam proses pembelajaran daring. Tapi bukan tidak mungkin ayah pun terlibat dalam pembelajaran daring. Ayah menyempatkan menanyakan atau mengontrol pembelajaran hari itu kepada anak baik lewat whatsapp ataupun video call. Yang tak kalah penting adalah komunikasi juga dengan guru, karena bukan tidak mungkin anak berbohong tentang tugas sekolah. Belum mengerjakan tapi bilang sudah mengerjakan
Apalagi jika kedua orang tua bekerja, bagaimana mendampingi anak dalam pembelajaran daring ini? Menyikapi hal ini diperlukan kerjasama dengan keluarga besar, andai ada om, tante, kakek dan nenek ataupun asisten rumah tangga, libatkan mereka dalam proses pembelajaran jarak jauh ini. Andaikan mereka pun tidak ada, di rumah hanya ada anak-anak, apa yang harus orang tua lakukan? Orang tua dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga, bisa tetangga atau tenaga professional. Namun orang tua harus selektif ketika memasukan pihak ketiga kedalam rumah kita. Pastikan orang tersebut dapat dipercaya mendampingi putra-putri kita belajar dari rumah. Karena jika kita memilih orang yang salah, akibatnya fatal.
Yang tak kalah penting adalah komunikasi dengan guru di sekolah. Orang tua harus proaktif menanyakan target pembelajaran masing-masing anak setiap hari atau seminggu sekali. Untuk membantu orang tua dalam mengontrol ketercapaian target pembelajaran, guru dapat memberikan lembar jurnal mingguan, yang harus diisi orang tua dan dikembalikan lagi kepada guru. Cantumkan kendala ataupun permasalahan yang dihadapi orang tua selama proses pembelajaran dari rumah. Hal ini sebagai bahan refleksi guru dalam menyusun rencana pembelajaran pekan berikutnya.
Ketika pembelaran tatap muka, seorang guru dapat memberikan penghargaan kepada anak didik atas capaian sebuah prestasi secara langsung. Baik apresiasi positif secara lisan, tepuk tangan ataupun sentuhan fisik. Pun ketika pembelajaran dari rumah, penghargaan lisan, tepuk tangan atau sentuhan fisik tetap harus dilakukan oleh orang tua, baik secara langsung atau tidak langsung. Hal ini sebagai motivasi ekstrinsik belajar anak. Semakin sering anak mendapatkan pujian positif dari orang tua atau keluarga, atas capaian prestasinya, semakin termotivasi anak untuk melakukan hal yang sama di hari-hari berikutnya. Sekecil apapun prestasi anak, layak dirayakan. Untuk menambah rasa percaya diri anak.
Namun kebanyakan orang tua masih beranggapan capaian prestasi seorang anak hanya sebatas nilai akademik yang bersumber dari asesmen kognitif saja. Padahal capaian prestasi anak dapat meliputi tiga hal, kognitif, psikomotor dan afektif. Ketika pembelajaran dari rumah, ketiga capaian prestasi ini harus tetap diperhatikan. Serta mendapatkan penghargaan.
Setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan berbeda. Bobbi DePorter menyatakan setidaknya ada delapan kecerdasan yaitu, kecerdasan spasial- visual, lingustik-verbal, interpersonal, musical-ritmik, naturalis, badan-kinestetik, intrapersonal, logis-matematis. Oleh karena itu dalam pembelajaran dari rumah pun orang tua dan guru bersinergi untuk mengoptimalkan perkembangan masing-masing kecerdasan tersebut.
Pembelajaran daring dari rumah dapat melatih kecerdasan interpersonal anak. Karena anak secara langsung berlatih mandiri ketika belajar, mengatur waktu, dan menentukan skala prioritas. Selain itu dengan pembelajaran daring melatih siswa berfikir kritis dan terbuka dalam menyaring informasi, tentu saja harus dalam pantauan orang tua dan guru. Di sinilah peran orang tua sebagai pembangun cita-cita anak ,” ing madya mangun karsa”.
0 komentar:
Posting Komentar